Tugas III (Tulisan Eksposisi)



TULISAN EKSPOSISI

Topik: Gangguan Tidur  




            Tidur adalah fungsi biologis yang dalam berbagai hal tetap misterius. Kita tahu bahwa tidur mempunyai fungsi retoratif dan sebagian besar dari kita membutuhkan setidaknya 7 jam atau lebih untuk tidur. Pada malam hari agar kita dapat berfungsi dengan baik. Masalah tidur menyebabkan stres pribadi yang signifikan atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan atau peran lain diklasifikasikan dalam sistem DSM sebagai gangguan tidur (sleep disorder). Gangguan tidur dapat dialami masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah, maupun orang tua dan orang muda. Usia lanjut merupakan usia yang rentan terkena serangan gangguan tidur.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidurnya, menurunnya daya tahan tubuh, prestasi kerja, prestasi belajar ( mahasiswa), mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan dan tentunya mempengaruhi keselamatan diri sendiri dan orang lain. Dari berbagau dampak gangguan tidur diatas tersebut banyak orang yang tidak jarang mengomsumsi obat-obatan perangsang tidur, padahal tidak baik untuk kesehatan tubuh karena dapat menyebabkan ketergantungan. Hal ini yang harus dicegah dengan mengetahui berbagai jenis gangguan tidur, setelah kita mengetahui jenis gangguan tidur, kita dapat menganalisis diri kita, teman, keluarga masuk kedalam jenis yang mana dan dapat menangani gangguan tidur tersebut.                                     
Disomnia (dyscomnias) adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik terganggunya jumlah, kualitas atau waktu tidur.  Orang yang normal setidaknya mempunyai 7 jam waktu tidur, apabila sudah mengalami disomnia mungkin tidur hanya 1-2 jam saja, kualitas tidur yang baik tidak terbangun ditengah malam, bangun dengan keadaan segar dan bugar pada pagi hari, otot-otot tubuh menjadi rileks dan kepala tidak pusing ketika bangun tidur.
Disomnia dapat dibagi ke dalam 5 tipe yaitu: insomnia, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan dan circadian rhytim sleep disordier ( gangguan irama tidur sirkadia).
Insomnia merupakan kesulitan untuk tertidur, tetap tidur atau mencapai tidur yang restoratif. Istilah insomnia berasal dari bahasa Latin “ in” yang artinya tidak atau tanpa, “somnus” yang artinya tidur.
   “ Menurut Gillin : 1991 dalam Nevid: 2003 menyatakan setiap tahunnya sekitar 1 dari 3 orang di Amerika mengalami insomnia kronis. Insomnia kronis yang bertahan selama 1 bualn lebih sering merupakan tanda dari masalah fisik atau gangguan psikologis seperti depresi.”
Diperkirakan 14 juta orang di Amerika, sebagian besar dari mereka berusia sekitar 40 tahun, mengalami insomnia primer ( Nagoeirney:2001 dalam Nevid:2003). Insomnia primer mengakibatkan rasa lelah disiang hari dan menyebabkan tingkat stres pribadi atau kesulitan menampilkan peran sosial, belajar, pekerjaan atau peran lainnya dengan baik. Tidak mengeherankan bila terdapat kemunculan bersama antara insomnia dengan masalah psikologis, terutama kecemasan dan depresi.
            Hipersomnia yaitu sebuah gangguan tidur dengan munculnya rasa kantuk yang berlebihan di siang hari. Rasa kantuk yang berlebihan dapat mengalami kesulitan untuk bangun setelah tidur panjang ( 18-12 jam) atau mungkin ada kebiasaan tidur siang muncul setiap hari dengan bentuk disengaja seperti menonton tv membaca dan lain-lain. Survei dari populasi umum menunjukkan keluhan yang berhubungan dengan rasa kantuk di siang hari mempunyai sekitar 0,5% sampai 15% dari populasi orang dewasa ( APA:2000).
            Narkonepsi yaitu gangguan tidur yang memiliki ciri episode tidur yang tidak dapat diletakkan dan terjadi secara tiba-tiba. Orang yang narkolepsi mengalami serangan tidur dimana mereka mendadak tidur tanpa adanya pertanda mau tidur. Mereka tetap tertidur untuk jangka waktu kira-kira 15 menit. Orang tersebut dapat berada dalam perbincangan dengan orang lain secara tiba-tiba jatuh tertidur dilantai. Narkolepsi mempengaruhi pria dan wanita setara dan merupakan gangguan yang relatif yang tidak biasa mempunyai kira-kira 0,02% ( 2 dari 10.000) sampai 0,16% ( 16 dari 10.000) orang dari populasi dewasa umum ( APA: 1994 dalam Nevid:2003).
            Gangguan tidur yang terkait dengan pernafasan merupakan gangguan tidur di mana tidur berulang kali terganggu oleh kesulitan bernafas secara normal. Gangguan tidur ini dapat berpengaruh atau mengakibatkan insomnia atau rasa kantuk yang berlebihan disiang hari.
            Gangguan irama tidur sirkadia merupakan suatu gangguan tidur yang memiliki karakteristik adanya ketidakcocokan antara siklus normal tidur dari tubuh dan tuntutan dari lingkungan.
            Rekan dari disomnia adalah para somnia yang juga merupakan gangguan tidur yang melibatkan perilaku yang tidak normal atau peristiwa fisiologis yang terjadi saat tidur atau saat akan tertidur. Para somnia terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur dan gangguan berjalan sama tidur. Gangguan mimpi buruk merupakan suatu gangguan tidur yang memiliki karakteristik sering terjaga karena mengalami mimpi buruk yang menakutkan. Mimpi buruk sering dihubungkan dengan pengalaman manusia secara traumatis dan umumnya ketika terjadi kondisi stress pada individu. Hubungan trauma dan mimpi buruk pernah diteliti dan dilaporkan bahwa peristiwa mimpi buruk lebih banyak dialami orang-orang yang selamat dari gempa bumi San Fransisko tahun 1989 diminggu-minggu setelah gempa, dari pada kelompok pembanding lainnya (Wood, dkk. : 1992 dalam Nevid:2003). Peningkatan frekuensi mimpi buruk juga terjadi pada anak-anak yang mengalami gempa bumu Los Angeles tahun 1994 ( Kolbert:1994 dalam Nevid:2003).
            Gangguan teror dalam tidur merupakan gangguan tidur yang memiliki karakteristik episode teror yang berulang dalam tidur dan menyebabkan seseorang terjaga secara tiba-tiba. Gangguan teror biasanya muncul di masa remaja. Lebih banyak terjadi pada remaja laki-laki dari pada perempuan, tetapi pada orang dewasa perbandingannya sama. Pada oorang dewasa, gangguan teror ini cenderung kronis di mana selama itu frekuensi intensitas periode tersebut meningkat dan menghilang dari waktu ke waktu. Data mengenai frefalensi gangguan ini masih kurang, namun episiode dari teror dalam tidur diperkirakan terjadi pada 1% sampai 6% dari anak-anak dan kurang dari 1% dari orang dewasa ( APA:2000 dalam Nevid:2003). Penyebab teror dalam tidur tetap menjadi misteri sampai saat ini.
            Gangguan berjalan sambil tidur merupakan gangguan tidur yang melibatkan episode berulang dari berjalan sambil tidur. Orang yang berjalan sambil tidur cenderung memiliki tatapan kosong pada wajah mereka selama peristiwa ini berlangsung. Umumnya mereka tidak responsif terhadap orang lain dan sulit untuk terbangun. Ketika terjaga pada keesokan harinya, mereka biasanya hanya dapat mengingat sedikit dari pengalaman mereka semalam.
            Mengapa gangguan tidur ini perlu dibahas? Bagaimana pula cara mencegah gangguan tidur tersebut? Bagaimana pula cara mencegah gangguan tidur tersebut? Gangguan tidur ini perlu dibahas karena gangguan tidur tersebut dapat meyerang siapa saja dan oleh karena itu, memberi kita kewaspadaan dan supaya kita tahu mencegah atau mengobati gangguan tidur. Berikut penanganan gangguan tidur:
a. Pendekatan Biologis
            Pendekatan biologis merupakan pendekatan yang dilakukan menyangkut jasmaniah. Pendekatan boilogis ini dapat dilakukan berupa mengonsumsi obat-obatan anti kecemasan termasuk obat penenang minor yang disebut benzodiazepine ( misalnya: valium, librium dan atifum. Obat-obatan penyebab tidur cenderung untuk menghilangkan tidur REM, yang mengganggu berapa fungsi restoratif dari tidur. Obat-obatan juga dapat menyebabkan ketergantungan. Jika penggunaan obat dihentikan maka insomnia akan kembali menyerang dan bahkan menjadi lebih parah. Pengguna juga mengalami ketergantungan psikologis pada “pil” tidur. Obat penenang minor dari kelompok benzodiazepine dan antidepressant tricylic untuk menangani gangguan tidur lelap, teror dalam tidur dan berjalan sambil tidur.
b. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis dapat dilakukan kognitif, behaviorial yang berfokus pada penurunan psiologis yang timbul, memodifikasi kebiasaan tidur yang tidak adaptif, mengubah pemikiran yang tak fungsional. Selain itu teknik kontrol stimulus memperkuat hubungan antara tempat tidur dengan tidur dengan membatasi aktifitas yang dihabiskan di tempat tidur untuk dapat tertidur. Ada beberapa kebiasaan tidur yang lebih efektif: beristirahat di tempat tidur hanya jika mengantuk, batasi waktu di tempat tidur, jika 10-30 menit belum tidur, tinggalkan tempat tidur buat kegiatan kecil, tidur/rutinitas yang teratur, hindari tidur siang, hindari merenung di tempat tidur berpikir santai sebelum tidur, menciptakan latihan fisik yang terartur pada siang hari, hindari minum-minuman yang mengandung kafein, mengganti pemikiran self defeating dengan alternatif lain.

                       Self defeating
                    Pikiran Alternatif
Saya harus tertidur sekarang.
Saya mungkin merasa lelah, saya akan menggantinya besok dengan tidur lebih awal.
Apa yang terjadi dengan saya sehingga saya tidak bisa tidur.
Berhenti menyalahkan diri sendiri, kamu dapat mengontrol tidurmu.
Jika saya tidak dapat tidur sekarang, saya tidak bisa fokus bekerja atau ujian besok.
Konsentrasi saya mungkin akan sedikit terganggu, tetapi saya tidak akan gagal .

Hal inilah yang harus kita lakukan. Jadi, mulai dari sekarang jaga kondisi tidur agar terhindar dari gangguan tidur dan dampak negatifnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah analisis sastra anak pada dongeng Asal Mula Telaga warna

TUGAS II

SEHATI ===Seputar Hari Kartini