makalah analisis sastra anak pada dongeng Asal Mula Telaga warna

ANALISIS STRUKTURALISME SASTRA ANAK  DONGENG LEGENDA ( ASAL MULA  TELAGA WARNA)
Dosen Pengampu : Rolan Manurung, S.Pd., M. Si.

Oleh: Kelompok 2
   Radinal Sitompul                   ( 16110232 )
  Gemilang  Gita Prima             ( 16110207 )
  Lissa Lucia Lubis                   ( 16110206 )
  Siska Sembiring                     ( 16110208 )
  Evi Tamala Tarigan                ( 16110203 )
  Maya Dewi Tarigan               ( 15110246 )

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2018

KATA PENGANTAR

  Puji  syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karna atas berkatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rolan Manurung,S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pengampu dan yang memberikan bimbingan serta pengajaran sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini. Tak luput kami menyampaikan terimakasih kepada teman-teman yang turut memberikan bantuan kepada kami baik berupa moral,maupun material, sehingga kami dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang Analisis Stukturalisme Sastra Anak dongeng legenda Asal Mula Telaga Warna. Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini yang jauh dari kata sempurna sehingga para penulis sangat mengharapkan kritik dari para pembaca  agar penulis dapat merepisi makalah ini baik dari segi isi maupun penulisan.
Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini bermanfaat. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.


                                                                                                      Medan, April  2018

Tim Penulis




i
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 TujuanPenulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Analisis sarana sastra dongeng Asal Mula Telaga Warna 3
2.2  Analisis cerita fakta  dongeng Asal Mula Telaga Warna 4
2.3 Analisis realisasi hubungan antar unsur  7

BAB III PENUTUP...............................................................................................................15
3.1Simpulan..........................................................................................................…...15
3.2 Saran................................................................................................................…..15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................…16






ii
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Anak merupakan generasi muda yang kondisi psikologisnya masih perlu bimbingan, baik melalui peran orang tua secara langsung, pengaruh teknologi bahkan pengaruh bacaan anak. Sastra merupakan cerita fiksi yang sebagian bergenre narasi salah satunya seperti dongeng. Dongeng merupakan bacaan yang paling disukai anak, sehingga sangat diperlukan pengkajian-pengkajian sastra dongeng agar tidak mempengaruhi proses pertumbuhan psikologis anak. Anak cenderung meniru setiap gaya bahasa yang didengar atau dibaca maka bahan bacaan anak harus dihindari dari hal-hal yang berpotensi yang mempengaruhi psikologisnya.
Apabila kita telitik kemasa-masa yang lampau  kondisi psikis dan moral anak sudah sangat memprihatinkan. Hal itu salah satu dipicu oleh pengaruh bacaan anak. Kini sudah sangat banyak bacaan mengenai sastra beredar di masyarakat, atau di dunia maya. Semua bebas menulis sastra tetapi kaidah penulisan yang baik tidak semua yang tahu. Apabila kita membaca sebuah sastra terbitan era sekarang banyak yang perlu direvisi, baik dari penyajian, bahasa,dll. Sebagai kaum intelektual dan kaum calon pendidik tentunya kita harus dapat menilai, memilih, memberi bacaan yang baik kepada anak.
Kalau kita teringat pada kasus penulisan buku yang tidak layak dabaca anak-anak cenderung dikarenakan bahasa yang terlalu  vulgar, hal inilah yang harus kita cegah. Kita harus mempertahankan moral anak-anak jangan sampai menurun dan terperosok akibat bacaan yang tidak layak. Lagi pula kita nantinya akan berkecimpung di dunia sastra maka kita harus tahu yang mana sastra yang baik, yang buruk, Tonggak perlindungan anak melalui sastra ada pada diri kita. Semua yang kami sebutkan di atas untuk menambah wawasan dan melatih kreatifitas.


1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami gunakan sebagai pengontrol pembahasan agar tidak mengambang dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana  analisis sarana sastra anak dongeng  asal mula telaga warna?
2. Bagaimana analisis cerita fakta sastra anak dongeng aal mula telaga warna?
3. Bagai mana analisis hubungan antar unsur sastra anak dongeng asal mula telaga warna?


1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui analisis sarana sastra anak dongeng  asal mula telaga warna.
2.  Untuk mengetahui analisis cerita fakta sastra anak dongeng aal mula telaga warna.
3.  Untuk analisis hubungan antar unsur sastra anak dongeng asal mula telaga warna?








2
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 Analisis sarana sastra dongeng Asal Mula Telaga Warna
A. Analisis berdasarkan makna leksikal
Asal adalah keadaan (tempat, rupa,wujud,dll) yang semula, pangkal permulaan, mula.
Mula adalah dasar, awal, pokok asal, yang paling awal, yang dulu sekali, waktu (tempat,keadaan,dll) yang menjadi pangkal .
Telaga adalah danau (pegunungan) kolam,perigi, balong.
Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya.
Maka asal mula telaga warna memiliki pengertian sebagai suatu keadaan awal atau proses terbentuknya danau yang memiliki wujud air berwarna, akibat pantulan cahaya dari benda-benda yang dikenai cahaya matahari.
B. Analisis makna berdasarkan imajinasi
Berdasarkan imanjinasi kami makna judul Asal Mula Telaga Warna adalah suatu proses terbentuknya danau yang memiliki air yang berwarna kehijauan. Warna danau yang kehijauan ini diakibatkan kedalaman danau yang sangat dalam, di sekeliling danau ditumbuhi  pohon-pohon beringin yang besar dan tinggi, Pohon -pohon tersebut menjadi tempat para monyet bergelantungan dan burung-burung hantu yang senang tinggal disana, sekitar danau memiliki udara yang sejuk. Pohon-pohon  beringin yang besar tersebut membuat telaga  menjadi angker. Ditambah lagi danau itu dihuni buaya-buaya besar dan ganas. Kami juga mengimajinasikan jika ada orang yang membuang sampah atau buang air besar di telaga tersebut ketika malam tiba orang itu akan bermimpi buruk dan diganggu oleh penunggunya. Akibat telaga ini dianggap angker maka orang-orang takut mandi atau mengambil air di telaga tersebut. Kami juga mengimajinasikan bahwa telaga tersebut suka mengambil tumbal dan jika ada ada orang yang tenggelam pasti tidak akan pernah ditemukan. 
3
 C.  Alasan ketertarikan terhadap judul
Alasan kami tertarik terhadap judul tersebut adalah karena rasa penasaran terhadap sebuah telaga yang berwarna, penasaran akan warnanya seperti apa dan proses terjadinya seperti apa, kemudian dikarenakan  sebelumnya kami belum pernah mendengar atau bahkan melihat sebuah telaga yang berwarna yang nyatanya selama ini kami hanya mendengar telaga disebut danau. Tetapi sebenarnya alasan tersebut hanya sebagai reaksi  atau kesan kami mendengar judul asal mula telaga warna.

2.2 Analisis cerita fakta Dongeng Asal Mula Telaga Warna
A.  Unsur Intrinsik
1. Tema : Keangkuhan
2. Alur   : Maju

Keterangan:
1. Tahap eksposisi/ pengantar: Dahulu kala di Jawa Barat ada Raja dan Permaisuri yang sudah bertahun-tahun belum dikaruniai anak. Raja berdoa kepada Tuhan dan soanya terkabul. Mereka dikaruniai anak perempuan yang cantik
2.  Tahap masalah mulai muncul: Pada saat ulang tahun Putri Raja yang ketujuh belas Raja dan Permaisuri memberi hadiah berupa kalung permata tetapi Putri menolaknya karena tidak menyukainya.
4
3. Klimaks: Putri menepis tangan Permaisuri, kalungnya terjatuh dan tercerai-berai, Permaisuri menangis, rakyat menangis, melihat tingkah laku Putri. Tangisan mereka berubah menjadi aliran air.
4. Mulai muncul penyelesaian: Aliran air itu keluar istana dan membentuk danau,
5. Akhir cerita: Danau itu berwarna-warni layaknya warna-warna kalung permata tersebut. Tak jelas tersurat bahwa mereka tenggelam dalam istana dengan kata lain meninggal.

3.  Penokohan :
Ø Raja  : penyayang
Bukti kalimat: Raja dan Permaisuri sangat menyayangi putri

Ø Permaisuri : penyayang,lemah lembut.
Bukti kalimat: Permasuri berusaha membujuk putrid dengan lembut

Ø Putri :  Kasar
Bukti kalimat: “Aku tak suka kalung ini Ayah” tolak putri dengan kasar.

4. Latar :
Ø Tempat : Hutan, lantai, istana yang berada  di Jawa barat, luar istana.
Ø Waktu   : Hari itu, dahulu kala, bertahun-tahun, kini
Ø Suasana : sangat bahagia (suka cita)
Meriah, Ribut (ketika pesta tengah berlangsung)
Hening, menyedihkan. Kalimat pendukungnya “mereka sedih melihat tingkah laku putri yang mereka sayangi.

5. Sudut pandang :  Orang ketiga.
Sebab dalam cerita tersebut penulis/ pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga,yakni mereka.

5
6. Gaya bahasa :
a. Eklamasio  Lihat!
b. Tautologi 1. memakaikan=mengalungkan=mengenakan,
2. Seluruh= semua
3. Bahagia= bersuka cita
c. Repetisi 1. permata-permata,
   2. warna-warna,
     3. bertahun-tahun,
d. Personifikasi: tangisan permaisuri menyayat hati
e. Pleonasme: semua rakyat 
f. Antanaklasis Raja bersiap mengalungkan kalung itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan Putri menolak mengenakan kalung itu.
g. Hiperbola: 1. air mata yang tumpah,
        2. Air matanya berubah menjadi aliran air,
h. Asonansi: tercerai-berai di lantai 
i. Sinekdoke seluruh rakyat yang hadir (totem pro parte)
j. Simile:   Air danau berwarna-warni seperti warna-warna kalung permata.
7. Amanat :
a.Janganlah kita menjadi manusia yang tidak tau bersyukur dan hendaknya kita lebih dapat menghargai orang tua.
b.Hendaklah kita senantiasa berdoa kepada tuhan yang mahakuasa memberikan segala karunia kepada kita.
B. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Religius
Ø Janganlah melawan orang tua
Ø Hormati kedua orang tuamu
6
Ø Bertekunlah dalam berdoa
2. Nilai Moral
Ø Jagalah martabat/kehormatan orang tua didepan umum.

3. Nilai sosial
Ø Hargailah/saling menghargai perasaan orang lain.
Ø Hargailah pemberian orang dan jangan lupa mengucapkan terima kasih

4. Nilai Ekonomi
Ø Hargailah pemberian orang karena itu ada nilai.

5. Nilai Pendidikan
Ø Janganlah kita durhaka dan tidak menghargai orang lain.
Ø Hendaklah kita berbuat baik, supaya terhindar dari malapetaka.


2.3 Analisis realisasi hubungan antar unsur

A. Ciri-ciri sastra anak

a. Watak dan tokoh dijelaskan secara langsung.

Dalam teks dongeng legenda yang berjudul asal mula telaga warna bahwa watak tokohnya dijelaskan secara langsung. Berikut tokoh dan wataknya :
Ø Raja : penyayang, memanjakan putri (parg.4)
Ø Permaisuri : penyayang,memanjakan putri,lemah lembut (parg 4  dan 10)
Ø Putri : memiliki paras yang cantik (parg 5) kasar kepada permaisuri ( parg 9)


7
b. Biasanya dibarengi dengan gambar
Dongeng ini dibarengi dengan satu buah gambar telaga warna, yang dikelilingi perbukitan. Tampak danau ini memiliki kembaran. Warnanya ditepian danau tampak kehijauan, semakin ketengah tampak berwarna biru kehijauan ditambah bayangan awan berwarna hitam didanau.langit biru yang cerah dan awan putih yang bersih yang tebal menambah pesona warna danau ini sesuai dengan namanya. Warna tanah disekeliling danau menambah keindahan dan keasrian danau tersebut. Sesuai dengan cirri dongeng yang memuat hanya satu gambar maka dongeng ini diperuntukan untuk kelas 4-6.

c. Bahasa sederhana dan mudah dipahami anak.
Dongeng ini memiliki ciri istana sentris sehinggga ada kata-kata yang sukar dipahami sebab jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yakni raja permaisuri bertapa putrid rahja menyayat hati istana. Kemudian ada kata-kata yang berfariasi digunakan yang memiliki makna yang sama seperti menggunakan mengalungkan , memakaikan.

d. Unik menarik perhatian
Unik menarik perhatian, bahwa dari judulnya anak tertarik untuk membacanya, apalagi diawali dengan gambar yang indah sangat menarik perhatian anak.

e. Menceritakan mengenai dunia anak
Dongeng tersebut tidak menceritakan dunia anak melankan menceritakan asal mula telaga warna dengan ini anak susah mengimajinasikan inti atau fakta ceritnya, sebab kejadian jaman dahulu dan tidak mengenai dunia anak.

f. Berisi cerita yang menggembirakan
Dongeng ini  tidak berisi cerita yang menggembirakan melaikan ceritanya mengenai kesedihan, kesombongan, malapetaka, yang terjadi pada raja, permaisuri dan putri raja. Sehingga cerita ini  kurang layak bagi anak-anak SD. Dari judulnya memang sangat menambah wawasan anak, tetapi cara penulis mengemas ceritanya kurang sempurna, karena mengandung kesedihan, alangkah baiknya proses terjadinya telaga tersebut ceritanya mengandung kebahagian.
8

g. Berkaitan dengan psikologis perkembangan anak
Ceritanya kurang berkaitan dengan perkembangan psikologi anak sebab ceritanya mengandung unsure negatif, yaitu kesombongan dan keangkuhan kepada orang tua.memang kisah-kisah sedih tidak menjadi masalah untuk sastra anak asalkan konflik kesedihan itu dibarengi dengan penmyelesaian antara tokoh prontagonis dengan  antagonis. Alasan kami juga mengatakan  kurang berkaitan sebab kondisi psikologis anak pada masa perkembangannya yaitu meniru yang didengarkannya, yang dibaca atau yang dilihat.

  B. Unsur-unsur Sastra Anak
Unsur pantangan :
 1. Majas yang tidak boleh dipakai dalam sastra anak . Sastra anak yang terdapat dalam dongeng yang kami analisis sebagai berikut:
Ø Majas personifikasi
Ø Majas hiperbola
Ø Majas Pleonasme
Alasannya majas tersebut akan mempengaruhi imajinasi anak, membuat anak kebinggungan menafsirkan makna dari gaya bahasa tersebut kemudian majas tersebut termasuk kedalam gaya bahasa atau majas  tingkat tinggi.
2. Cerita dalam teks yang kami analisis tidak diakhiri dengan kebahagian melainkan kesedihan atau bencana oleh sebab itu teks sastra anak-anak harus berisikan kebahagian, berhubungan dengan dunia anak, adanya penyelesaian konflik antara tokoh prontagonis dan antagonis yang bertikai.
3. Tidak boleh ada salah tulisan dalam teks cerita sebab akan membuat sang anak memiliki penafsiran lain. Contoh  katanya  “dikurnia” padahal maksudnya adalah “dikaruniai” sebab dalam bahasa Indonesia ada konfiks di- -i.
9
Unsur Penyajian
Cerita disajikan atau dideskripsikan secara langsung menuju sasarannya, mengetengahkan gerak yang dinamis dan jelas sebab akibatnya. Deskripsi Dongeng legenda Asal Mula Telaga Warna diselingi dengan dialog yang wajar, Ada tiga dialog yang terdapat dalam teks dongeng. Terbukti melalui dialog tersebut mewujudkan perilaku tokoh-tokohnya dengan jelasbaik sifat, dan perannya dalam cerita. Biasanya lebih cenderung atau dominan sifat tokoh digambarkan secara secara langsung sehingga mudah dibedakan anak tokoh yang baik dan yang jahat. Artinya setiap tokoh dihadirkan hanya mengemban satu sifat utama yaitu termasuk tokoh baik atau tokoh jahat.
Unsur terapan
1. Majas yang diperbolehkan dalam sastra anak sebagai berikut :
Ø Majas Eklamasio
Ø Majas Tautologi
Ø Majas Repetisi
Ø Majas Asonasi
Ø Majas Simile
Alasannya majas yang terkandung dalam dongeng tersebut majas yang masih dapat dipikirkan oleh anak tanpa membutuhkan imajinasi yang tinggi dan tidak mengandung makna bersayap.
2. Mampu memberikan pengetahuan umum kepada anak, seperti letak telaga warna berada di Jawa Barat, antonim dll.
3. Mampu mempengaruhi pembaca. Dari segi fisik dongeng yang kami analisis, dongeng tersebut cukup menarik perhatian anak karena memuat judul dan gambar yang menarik, berwarna-warni. Dari segi isi ceritanya harus mengangkat fakta-fakta atau peristiwa yang berhubungan dengan dunia anak, misalnya bermain, persahabatan, keluarga. Dalam teks yang kami analisis, kami menemukan unsur  terapan bahwa peristiwa yang terjadi mengenai masalah orang tua dalam keluarga, yang dikemas dengan cerita istana, biarpun di istana tetapi  konfliknya tetap konflik dalam hubungan kekeluargaan. Yaitu antara orang tua dengan anak.

10

C.  Fungsi sastra Anak

Fungsi sastra anak menurut Santoso (2004 dalam Winarni, 2014 :4 )
1. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan dongeng asal mula telaga warna member informasi tenteng suatu hal, seperti pengetahuan. Maka dengan membaca dongeng tersebut anak akan mengetahui bahwa lokasi dari telaga warna yaitu Jawa Barat, selain itu istilah-istilah keistanaan, antonim kata raja adalah permaisuri, bahagia dengan sedih,kasar dengan lembut. Selain menambah wawasan fungsi pendidikan juga menambah kreatifitas anak yaitu dengan membaca dongeng tersebut sianak terobsesi membuat kalung entah dari bahan apa dalam kehidupan nyata atau sehari-hari barangkali akan menamainya kalung permata putri raja, bahkan akan menginterpretasikan yang dibacanya dengan berlaga ekting. Yang terakhir fungsi pendidikan yaitu membuat pendidikan moral yaitu anak mengetahui bahwa yang dilakukan putri raja salah dan anak tidak meniru karakternya.

2. Fungsi hiburan
Berdasarkan fungsi hiburan anak tentu mengalami kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan ketika membaca sastra anak. Berikut analisisnya:
Kesenangan : kesenangan akan muncul dalam hari anak ketika membaca judul dongeng asalmula telaga warna ini karena ada ketertarikan untuk membaca isinya didasari oleh judul yang menarik disertai gambar yang indah dan berwarna-warni.

Kenikmatan: kenikmatan yang ditimbulkan dari dongeng ini tidak ada, sebab tidak diakhiri dengan kebahagiaan dan konfilk dalam cerita ini tidak konflik antara protagonis dengan antagonis, tidak ada kemenangan protagonis dalam teks.

Kepuasan: rasa kepuasan juga belum tampak karena tidak ada karakter anak yang baik untuk di contoh dan di terapkan anak sekalipun ada karakter Raja dan Permaisuri yang baik dan lembut, hal itu sulit diterapkan anak karena yang memerankan karakter itu bukan anak-anak. Dunia mereka dunia anak , maka segala sesuatunya harus berkaitan dengan anak.
11
Menurut Suwardi Endraswara (2002 dalam Winarni 2014:5 )
1. Membentuk kepribadian anak menjadi lebih baik.
Dalam dongeng yang kami analisis tidak ada kami temukan hal yang membuat kepribadian anak menjadi lebih baik sebab ceritanya mengandung cerita sedih, anak yang tidak bersyukur atas pemberian orangtuanya. Tidak ada kisah yang menyentuh perasaan anak misalnya orang tuanya meninggal akibat kesombongan Putri, sehingga Putri menjadi sebatang kara dan menderita. Disusul lagi dengan akhir cerita yang tanpa menjelaskan atau menggambarkan kepahitan hidup semua tokoh, dengan kata lain ceritanya berakhir begitu saja.

2. Menuntut kecerdasan anak
Fungsi dongeng ini memang menuntut kecerdasan anak, seperti yang sudah kami sebutkan di atas menambah wawasan atau pengetahuan umum dan tentang bahasa.

D.  Manfaat sastra anak

1. Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan.
Kesenangan : kesenangan akan muncul dalam hari anak ketika membaca judul dongeng asalmula telaga warna ini karena ada ketertarikan untuk membaca isinya didasari oleh judul yang menarik disertai gambar yang indah dan berwarna-warni.

Kenikmatan: kenikmatan yang ditimbulkan dri dongeng ini tidak ada sebab tidak diakhiri dengan kebahagiaan dan konfilk dalam cerita ini tidak konflik antara protagonist dengan antagonis, tidak ada kemenangan protagonis dalam teks.

Kepuasan: rasa kepuasan juga belum tampak karena tidak ada karakter anak yang baik untuk di contoh dan diterapkan anak sekalipun ada karakter Raja dan Permaisuri yang baik dan lembut, hal itu sulit diterapkan anak karena yang memerankan karakter itu bukan anak-anak. Dunia mereka dunia anak , maka segala sesuatunya harus berkaitan dengan anak.

12
2. Sastra dapat mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan memikikan alam, insan pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara.

3. Sastra dapat member pengalaman yang seolah dialami sendiri
Disini sastra merupkan gambaran dari kehidupan nyata sehingga jika sastra diterbitkan maka cerita yang ada dalam sastra itu pasti ada yang menyerupai pengalaman nyata orang orang sehingga dapat membuka pikiran anak. Aplikasinya: isi dari dongeng ini tentang penolakan hadiah yang diberikan Raja dan Permaisuri kepada putri dengan kasar. Maka dalam kehidupan anak bisa saja orangtua pernah memberikan  sepatu tetapi anak tidak suka dengan model telaga warna dan melemparkannya maka dengan akhir kisah putrid dengan Raja dan Permaisuri maka ada penjelasan dalam hati anak.

4. Sastra dapat mengembangkan wawasan para anak menjadi perilaku insani.
Semakin banyak membaca maka pengalaman anak akan semakin banyak pula, atau wawasan anak semakin banyak, manfaat dongeng asal mula telaga warna sang anak dapat mengembangkan wawasannya menjadi karakter yang baik, bahwa anak tidak memicu perlakuan putri kepada orangtua anak yang membaca dongeng ini.

5. Sastra dapat menyajikan serta memperkenalkan kesemestaan pengalaman kepada para anak.
Sastra biasanya berisi gambaran kehidupan nyata atau pengalaman-pengalaman yang ada dan berkaitan dengan kehidupan nyata. Dengan membaca dongeng asal mula telaga warna barangkali akan teringat pada pengalaman nya sendiri seperti penulis ketika membaca dongeng ini teringat akan pengalaman perah diberikan orangtua sepasang sepatu karena modelnya tidk sesuai dengan yang diinginkan penulis  sehingga sepatu itu tidak dipakai bahkan dilemparkan. Disini sastra sudah menyajikan kesemestaaan pengalaman.

6. Sastra merupakan sumber utama bagi penelusuran warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sastra dongeng asal mula telaga warna ini merupakan suatu asset budaya dari Jawa Barat sebagai cerita rakyat yang anonym yang diwarikan dari generasi ke generasi, dongengni kalau
13
tidak di baca anak tentu anak tidak akan mengetahuinnya ,dan kalau anak tidak mengetahui isi dongeng ini sianak tidak dapat menuliskan ulang dongeng ini  dan menceritakan secara lisan oleh sebab itu jika anak kelas 4 SD membaca dongeng ini asset budaya Nusantara semakin di lestarikan dan kelak dapat diwariskan kegenerasi berikutnya.

E. Syarat-syarat sastra anak

Tema harus mendidik
Menurut kelompok kami tema dari legenda yang kami analisis tersebut sudah mendidik sebab saat membaca cerita ini maka sang anak pasti akan berpikir untuk tidak melakukan kepada orangtuanya seperti yang dilakukan oleh putri Raja tersebut. Anak paham bahwa yang dilakuakan Putri adalah salah.

Tema harus menyentuh
Menurut kelompok kami tema dari legenda ini tidak menyentuh, sebab tema dari cerita ini adalah kesombongan. Nah biasanya tema yang dikatakan menyentuh adalah tema jalan ceritayang dapat dirasakan oleh sang anak dan masuk ke hati anak, smentara berdasarkan isi dari cerita yang kami analisis bukan si anak yang mengalami penindasan. Melainkan orangtuanya. Sehingga sang anak tidak dapat menjiwai yang diraskan orangtua dan memang pada kenyataannya anak memang tidak memhami orangtua. Melainkan orangtualah yang harus memahami sang anak.





14
BAB lll
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari analisis cerita kami, kami menyimpulkan bahwa dongeng legenda ini kurang layak untuk dijadikan sebagai bacaan untuk anak.  Sebab masih banyak teori-teori yang dilanggar dalam penulisan sastra ini, contohnya saja dalam legenda ini terdapat beberapa gaya bahasa yang tidak layak dibaca oleh anak karena kata-katanya kurang pantas, ada penulisan yang kurang lengkap, tema dari dongeng legenda ini juga tidak menyentuh perasaaan anak, selain itu ada unsur pantangan yang dilanggar pada teks. Isi ceritanya tidak berhubungan dengan dunia atau kehidupan anak ditambah lagi akhir ceritanya sedih seharusnya bahagia atau menggembirakan. Kemudian ceritanya tidak berhubungan dengan psikologis anak.
3.2 Saran
Sebaiknya sebelum buku, cerita diberikan kepada anak terlebih dahulu dikaji bahasa serta isinya agar tidak mengganggu psikologisnya. Hal ini perlu pengawasan dari orang tua. Kemudian kepada penulis teks sebaiknya naskah dongeng ini direvisi agar memenuhi kriteria bacaan yang baik bagi anak.






15

DAFTAR PUSTAKA

Winarni Retno, 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http: //ratnayuliningthias.blogspot. co.id/2015/04 legenda-telaga-warna.html.
















16

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS II

SEHATI ===Seputar Hari Kartini